Judul               : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

Pengarang       : Mark Manson

Penerbit           : PT. Graedia Widiasarana Indonesia

Terbit Tahun   : 2018

Tebal               : 246 Halaman

Buku yang ditulis oleh Mark Manson berjudul asli The Subtle Art Of Not Giving A F*ck, buku ini merupakan buku motivasi kehidupan yang anti mainstream, dari judulnya saja mungkin kita sudah dibuat bingung dan bertanya-tanya, memang untuk bersikap bodo amat ada seninya? Bukanya seni adalah keahlian membuat sesuatu yang bermutu atau indah dari segi hasil, tapi kenapa harus bodo amat?Mungkin ada yang ragu setelah membaca judul buku ini dengan takut akan menjadi lebih cuek atau sebagainya, tapi tunggu dulu, Don’t judge a book from the cover.

            Buku yang dikarang oleh Mark Manson ini diawali dengan bab Jangan Berusaha. Mungkin dari kebanyakan buku motivasi akan menceritakan kisah sukses seseorang dengan alur yang umum seperti bekerja keras untuk meraihnya atau tidak menyerah dalam prosesnya dan lain sebagainya, namun tidak dengan buku ini, di awali dengan cerita seorang penulis bernama Charles Bukowski yang sukses di umur 50 tahun sebagai penulis, kesuksesan Bukowski bukan didapat dari ketekunan atau kerjakeras seperti kesuksesan orang pada umumnya, berangkat dari cita-cita sebagai penulis dia berusaha mewujudkannya dengan cara yang sama dengan orang lain yaitu dengan berusaha keras, namun kegagalan demi kegagalan terus ditemuinya sampai suatu titik dimana dia menjadi seorang pecundang dengan keahlianya bermain perempuan, berjudi, alkohol, kasar, kikir, mengenaskan untuk melewatkan tiga puluh tahun umurnya. Namun kesempatan pertamanya yang akhirnya membawa dia bisa menjual bukunya duajuta kopi lebih berasal dari pengakuan terhadap dirinya bahwa dia adalah seorang pecundang, keberhasilanya bukan berasal dari kegigihanya untuk menjadi pemenang namun dari kenyataan bahwa ia tahu kalau dirinya seorang pecundang. ia hebat bukan karena mengembangkan dirinya menjadi sastrawan  yang gemilang. Yang ada adalah kebalikannya, ia hebat karena kemampuan sederhananya untuk jujur pada diri sendiri sepenuhnya dan setulusnya, terutama mengakui hal-hal paling buruk yang ada pada dirinya sekalipun.

Hasrat untuk mengejar pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif begitupun sebaliknya. Maksud Mark Manson dalam kalimat tersebut adalah semakin anda mati-matian mengejar yang anda sebut bahagia seperti kaya,menawan, ingin di cintai dan lainya, selepas dari kondisi anda sesungguhnya, maka anda akan memandang diri anda semakin miskin, tidak menawan, tidak dicintai, dan lainya. Maksudnya lagi adalah tentang hukum kebalikan, apapun yang anda tidak pedulikan akan berpotensi menghasilkan lebih.

Nah disini bersikap bodo amat atau masa bodo dengan ketakutan-ketakutan yang selama ini kita pandang, ntah kita sadari atau tidak, semakin kita berusaha menjadi sesuatu yang lebih, sebenarnya di dalam diri kita yang dalam merasakan ketakutan jika kita tidak menjadi sesuatu tersebut. Manusia diciptakan dengan perhatian yang terbatas, tidak mungkin kita bisa memilih semua hal untuk di perhatikan, kita harus bisa menemukan mana hal yang layak di perhatikan atau tidak.

Sebagian besar dari kita menilai bahwa kita akan bahagia jika menjadi A, bisa A, tidak B, atau mungkin seperti A atau pun B. Namun dalam buku ini Mark mengajak kita untuk menerima dan menjadi diri kita seutuhnya yaitu si C, itulah yang membawa kita menjadi lebih dari A,B maupun C.

Bagaikan terjerat dalam belenggu yang dibuat sendiri, Mark Manson mencoba membebasakan pembaca buku ini dari nilai-nilai yang semakin di kejar semakin membelenggu. Seperti kita tidak istimewa ataupun kebahagiaan menurut kita itu masalah. Buku ini mengajak kita untuk lebih memprioritaskan apa yang memang sudah seharusnya di utamakan untuk kita perhatikan, untuk lebih bebas dari belenggu dan terbang menuju sukses yang benar dengan cara yang waras.

Sebenarnya buku ini mengajak kita menyadari nilai-nila dalam diri yang tanpa kita sadari itulah penghambat terbesar kita untuk melangkah, seperti beberapa pembahasan dalam buku ini:

Kamu Keliru (…dan saya pun Begitu) 

Banyak orang yang terobsesi untuk dapat memiliki hidup yang “benar”, sampai-sampai mereka sesungguhnya tidak benar-benar menjalani hidup itu sendiri. Mark menggarisbawahi lagi hukum kebalikan, semakin kita menerima ketidakpastian dan ketidak tahuan akan sesuatu, kita akan merasa lebih nyaman karena tahu persis yang kita tahu, manusia yang yakin dirinya mengetahui semua tidak akan mempelajari suatu apapun.

Demikian juga keterbukaan untuk mengakui kesalahan harus ada terlebih dahulu jika kita menginginkan perubahan atau pertumbuhan. Pahamilah dirimu seutuhnya beserta kekurangan yang ada untuk mendefinisikan ulang ukuran kita dengan cara yang jujur.

Kegagalan Adalah Jalan untuk Maju

Prinsip “lakukan sesuatu” menjadikan kegagalan tidaklah penting lagi, masa bodo dengan kegagalan. Jika buku ini mengatakan kebahagiaan itu masalahdan sukses bukanlah kepastian, maka kita tidak lagi mengharuskan kesuksesan itu harusterjadi, yang harus terjadi adalah “melakukan sesuatu”, maka akan ada dorongan diri kita untuk lebih maju lagi, kita merasa bebas untuk gagal, bahkan kita bebas untuk tidak sukses.  masalah itu sendiri adalah kepastian proses, karena sesungguhnya  itulah “bahan bakar” sebuah kendaraan bermesin. Setidaknya tanpa mengharuskan sukses itu terjadi dan membebaskan diri untuk kemungkinan gagal akan membebaskan diri dari apapun yang menghambat kita secara mental.

Pentingnya Berkata Tidak

Mark Manson mengedepankan pelunya berkata tidak untuk menolak sesuatu agar kita tidak kehilangan alasan untuk bertahan. Karena menghindar dari penolakan akan memberikan kenikmatan sesaat yang membuat kita tanpa kemudi dan tanpa arah dalam jangka panjang. Untuk sungguh mengapresiasi sesuatu anda harus membatasi diri anda sendiri. Untuk menghargai sesuatu yang benar kita harus memiliki otoritas menolak sesuatu yang bukandari sesuatu yang benar.

…Dan Kemudian Kita Mati

Tanpa kita sadari kepongahan seringkali melucuti perasaan ke-Tuhan-an kita dan menarik semua perhatian ke dalamnya, membuat kita merasa seakan-akan kitalah pusat dari semua masalah yang ada di alam semesta. Bahwa kita mengalami ketidakadilan dan bahwa kita berhak mendapatkan yang paling besar dari pada orang lain hingga kita tiada lagi di dunia. Dalam bab terakhir ini menceritakan pengalaman Mark Manson akan kematian temanya dan pengalaman dia sendiri yang mencoba mencari sensasi dekat dengan kematian untuk mencari pelajaran darinya. hanya orang-orang yang bisa merasakan kefanaanlah, yang bisa benar-benar bersikap “bodo amat” secara benar.Kalimat itu yang dikatakan oleh Mark di awal pembahasan buku ini.

Mark Manson menuliskan argumentasinya dengan jujur, apa adanya, lugas tapi terstruktur dalam buku ini, berbagai cerita menarik dari tokoh-tokoh yang dia hadirkan dan dia bahas dalam tulisanya yang membuat buku ini semakin menarik, selain berbagai pandangan nyleneh yang membuat pembacanya seakan dituntut untuk kembali lagi menyelami dirinya sendiri untuk menemukan sesuatu yang perlu diuruskan ataupun bahkan memperjelasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here