Film seri Peaky Blinders (2013-2022) dibuka dengan adegan yang sangat mengesankan. Saya sangat suka. Di salah satu sudut kota industri yang kumuh Birmingham, 1919, orang-orang lari terburu-buru menghindari jalan. Ada yang datang! Jalanan becek yang sebelumnya ramai itu pun berubah jadi lengang.

Di tengah jalan, sepatu dari kaki-kaki seekor kuda hitam gagah berbunyi nyaring; hanya seekor kuda. Kuda itu berjalan ke depan pelan namun pasti. Orang-orang segan juga takut kepada seseorang pria berwajah dingin yang ada di atas pelana kuda tersebut. Mereka bersembunyi di balik tembok, gerobak, di pinggir jalan. Mereka memang takut namun juga penasaran. Kira-kira apa maksud kedatangan pria di atas kuda dengan setelan jas dan topi newsboycap khasnya itu.

Pria di atas pelana kuda pacuan itu adalah Thomas Shelby aka Tommy, kepala geng Peaky Blinders. Tommy menghentikan langkah kaki kuda yang dinamai Monaghan Boy itu di tengah jalan. Seorang gadis Cina yang dikenal warga Birmingham pembawa keberuntungan menghampirinya dan melakukan apa yang diperintahkan Tommy. Disaksikan banyak orang yang masih bersembunyi di pinggir jalan, gadis itu meniupkan serbuk merah ke wajah kuda, serbuk keberuntungan.

Tommy melakukan itu untuk trik belaka. Selain merampok dan tindakan kriminal lainnya, geng Peaky Blinders menjalankan bisnis rumah taruhan ilegal. Ia berharap warga Birmingham memasang taruhan kepada Monaghan Boy pada lomba pacuan kuda pada esok sore hari.

Tommy membiarkan Monaghan Boy menang pada pacuan pertama. Begitu pun pada pacuan kuda berikutnya. Pada pacuan ketiga, seiring warga Birmingham semakin banyak yang mendengar Monaghan Boy menang dua kali berturut-turut dan membawa keberuntungan, mereka pun berbondong-bondong menguras uang mereka untuk memasang taruhan menjagokan Monaghan Boy. Mereka berharap peruntungan yang mereka dapat semakin besar. Di saat itulah Tommy mengatur Monaghan Boy agar kalah.

Episode terakhir dari musim terakhir seri Peaky Blinders juga ditutup dengan adegan Tommy berada di atas kuda. Kali ini bukan kuda pacuan. Ia dengan kudanya juga tidak berada di sudut kota Birmingham, tapi sabana, seorang diri.

Ia kini jauh lebih ditakuti dan berkuasa. Ia kini bukan hanya seorang kepala geng, ia juga pebisnis kotor dan politisi oportunis. Ia nyaris tidak memiliki batas untuk dapat berkembang lebih berkuasa dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Hanya kematian yang dapat membatasinya. Ia divonis oleh dokter pribadinya akan meninggal beberapa bulan lagi, karena sebuah penyakit. Ia pun seorang diri menyiapkan kematian di tengah sabana. Sebuah karavan ia siapkan menjadi tempat kematiannya. Pada akhirnya, Tommy tahu ia tidak akan segera mati. Ia begitu percaya bahwa I have no limitation, termasuk kematian, setidaknya dalam waktu dekat.

Dengan kudanya, ia yang mengenakan setelan jas rapi dan topi newsboycap khasnya meninggalkan karavan ala gipsi–yang sebelumnya ia siapkan untuk tempat kematiannya–terbakar.

Penulis: Sukron Hadi (anggota perkumpulan INDEKS Jakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here