Sedikit Nikmat Dicabut, Mahluk Kecil Diciptakannya  Untuk Sucikan Dunia

Dulu, di Damaskus pernah Terkena wabah. Wabah berupa virus itu yang sebelum masuk ke Damaskus bertemu dengan salah satu orang Wali.

Wali berkata

“Mau kemana…?”

Wabah menjawab

“Oleh Alloh Aku di perintah ke Damaskus..!”

Wali bertanya kembali

“Berapa lama dan berapa banyak korban..?

Wabah menjawab

“Mungkin selama Dua tahun……. Seribu Korban…!”

 

Dua tahun kemudian…

Setelah selesai menjalankan tugasnya, wabah (virus penyakit) itu bertemu wali ini lagi.

Sang Wali bertanya

” Dua tahun lalu katanya kau mau membunuh seribu orang. Kenapa korban jadi Lima puluh ribu ?

Wabah menjawab

“Aku memang diperintah membunuh Seribu orang. Sedangkan yang Empat puluh sembilan ribu lainnya meninggal karena Panik & ketakutan.”

Setelah tulisan diatas menceritakan soal wabah atau virus, dan kini muncul lagi di kota Wuhan, China. Allah SWT menurunkan makhluk-Nya yang tak dapat dilihat mata karena terlalu kecil bernama Corona di awal bulan November, di sebuah negeri yang tak mengenalNya : Wuhan. Kini si makhluk kecil itu memporak porandakan segala sendi kehidupan di dua per tiga bagian dunia.

Ekonomi global mengalami anomali yang sulit dinalar. Ketakutan dimana-mana. Kematian cukup banyak hanya dalam waktu singkat saja. Saat umroh dilarang oleh otoritas Saudia, kita masih tidak terlalu risau karena hanya orang mampu dan terpanggil yang bisa melakukannya. Kita masih bisa berapologi : ” …Ah umroh kan gak wajib. Lagian rumah Allah kan bukan cuma di Mekkah Madinah. Masih ada Masjid-masjid. Gak masalah Umroh ditutup…”

Pada detik itu. Hanya berfikir : Allah menutup pintu rumah besarNya hanya untuk kaum – kaum jauh.  Allah hanya memberikan kesempatan pada penduduk sekitar dan para pelayan sejati yang diperbolehkan bertawaf di Baitul AtiqNya

Namun ternyata Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa pelarangan Sholat Jumat, Tarawih Ramadhan dan pelaksanaan Sholat Idul Fitri untuk daerah terdampak corona. Dan bisa jadi meluas dari yang sekarang. Bahkan Mudik pun akan dilarang.

Bertanya dalam renung.

Apakah Engkau marah Rabb-ku ?

Ketika sebelum ini,

Masjid-masjid Megah namun Sepi..

Musholla-musholla berdebu…

Tarawih Ramai namun hanya di awal Ramadhan..

Lebaran katanya Mudik, namun tetap hanya notifikasi Whatsapp lah yang saling Bermaafan…

Ya Rabb..

Saat tak dibebaskan lagi bagi kami bersujud di rumahMu yang suci,

Saat terbatasi bagi kami berjamaah dengan para jamaah saudara seiman kami,

Baru kami Paham,

Arti Kehilangan..

Betapa mulai sunyi pengeras suara masjid disekitaran kami dari celoteh kanak-kanak

dan pujian-pujian..

Betapa sepi jalanan depan rumah kami dari ramainya TPA dan ibu-ibu yang hendak pengajian…

Betapa terasa saat semua hal yang selama ini kami abaikan itu, telah selanjutnya jadi pelarangan..

Nikmat yang Dicabut itu,

Barulah menggerogoti relung kedamaian..

Ya Allah,

Pesan Cinta apa yang ingin Kau sampaikan?

Atau memang sudah tak sudi lagi,

Engkau melihat wajah kami, mendengar keluh kesah kami, menatap tangis kami dan meraba senyum bahagia kami di rumah-rumahMu ?

Ya Rabb sekarang kami bisa merasakan bagaimana perasaan saudara kami di Uiyghur, Myanmar, Suriah dan Palestina yang harus berjuang untuk bisa berada di masjid-masjidMu.

Sementara kami,

Malah seringkali malas menuju masjid yg hanya beberapa langkah dengan aman dan nyaman.

Ya Rabb, kini kami sadar arti silahturahmi yang dulu kami anggap hanya basa basi.

Sekarang kami tak bisa dalam kerumunan dan forum dakwah yang mendatangkan banyak orang lagi..

Corona..

Mahluk kecil tak nampak oleh mata..

Namun mampu merusak tatanan ketenangan dunia..

Dan kapan keadaan tidak baik-baik saja seperti ini segera usai?

Ya Rabb jangan kau buat Ramadhan kami nanti akan terasa sepi hambar.

Membayangkan tak ada sholat tarawih berjamaah, tadarrus ramai-ramai dan membangunkan sahur sambil berkeliling kampung.

Apalagi membayangkan : Tak ada lagi mudik berdesakan…

Jangan ya Rabb…

jangan ya Rabb…

Jangan Kau cabut Nikmat yang berpuluh tahun kami nikmati namun telah kami abaikan..

Apa Engkau Menyentil kami?

Ketika ada kesempatan,

Kami malah cukup mengumbar WA copas-an untuk bermaafan?

Apa Engkau Mengapoki kami?

Ketika takziah yang satu kota saja,

Kami hanya titip kalimat Innalillah melalui Grup Rekan dan Teman?

Jangan Kau cabut Nikmat ini ya Rabb..

Karena kini, kami akhirnya benar² hanya bisa bertemu dalam tegur melalui aplikasi whatsapp atau Kalimat Telpon dan Pesan..

Engkau menuruti kami Ya Rabb..

Menuruti pengabaian kami..

Yang kami ciptakan sendiri..

Maafkan kami Rabbi..

Maafkan kami..

Masihkah ada kesempatan lagi?

Bukankah Maha PengasihMu,

Melebihi MurkaMu pada kami ?

Ya Rabb..

Hidupnya Mahluk Corona adalah semata-mata atas KehendakMu.

Engkau yang menghidupkan segalanya..

Engkaupun yang Mematikan segalanya..

Mohon Ya Rabb

Panggil kembali makhluk corona ke tubuh tubuh hewan seperti sebelumnya.

Cukupkan tugas mereka untuk mengingatkan kami semua.

Ya Allah,

Berilah obat untuk wabah ini.

Dan Berilah tobat bagi kami..

Pertemukan kami dengan Ramadhan penuh berkah,

Tanpa Corona antara Kita.

Aamiin ya rabbal alamin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here