Pemilu serentak 2019 belum lama berlalu, Indonesia telah membuat sorotan Global ter-arah padanya, sebab bangsa ini menyelenggrakan pemilu secara serentak: Pilpres, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi hingga DPRD tingkat kabupaten / kota. Bisa disaksikan dihampir semua pelosok tanah air, petugas penyelenggara bekerja serius menjalankan tugasnya masing-masing dari struktur atas sampai struktur bawah.

Bahkan dibanyak TPS, penghitungan suara berlangsung hingga subuh menjelang pagi menyingsing. Tentu fenemona seperti itu akan berlalu tanpa makna, jika mereka yang terpilih tak membawa spirit rakyat, antusiasme pemilih merupakan kepercayaan yang berwujud kewajiban di tangan mereka yang terpilih. Dan sekarang ini, tidak lama lagi akan ada pemilihan kepala daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di beberapa wilayah di Indonesia. Kita mencoba menabur-memetik setitik asa ditengah pergolakan kursi Panas, di pergolakan pandemik!!!

  1. Merajut Persaudaraan

Pasca-pemilu, sudah seharusnya para calon peserta pemilu berkawan seperti biasanya, meneguhkan kembali rasa kasih-sayang dalam persaudaraan, tidak melihat dengan sudut pandang pesaing atau kacamata beda parpol. Toh! semuanya adalah anak bangsa, bukankah pemilu ibarat sebuah game sepak bola?. Yang terpilih, menjadi “starting eleven” sedangkan yang belum terpilih sebagai pemain cadangan.

Sebagai “pemain cadangan” sudah barang tentu harus terus memberi semangat agar yang sedang bermain tidak keliru menendang bola, apalagi membobol gawang sendiri. Merangkul yang jauh merekat yang dekat, alangkah indahnya saling menasihati dengan benar, dengan sabar, sehingga melahirkan harapan bersama yang baik buat bangsa, juga agar akar rumput tidak tercerai berai apalagi tercabut dari tanah akibat yang di atas sibuk bertengkar.

  1. Hoax dan Informasi

Semoga tak ada yang terpengaruh oleh kabar dan informasi yang belum jelas, bahkan yang sudah jelas pun harus ditanggapi dengan arif, di-hikmahi secara bijak. Mungkin aura suasana yang tercipta agak sedikit berbeda, jika tak ada pihak-pihak baik perorangan atau kelompok, yang mau bersuara dengan saling mengklaim, menghujat, merasa benar, apalagi sampai  pada kehendak semaunya buat menyebar  fitnah (hoax ).

Sebab, alangkah bijak dan indah – sudah sepatutnya kita saling menjaga martabat baik sesama individu atau komunitas – lebih-lebih sesama anak bangsa demi masa depan bangsa. Untuk itu mari jauhi hoax dalam bermedia sosial, jangan mudah percaya dan menyebar segala informasi yang bisa membuka pintu permusuhan dan kebencian.

  1. Meneruskan Yang Baik

Apa yang menjadi harapan bersama kiranya? Para wakil rakyat dan pemimpin terpilih nantinya mau dan bersedia sepenuhnya melanjutkan program-program pendahulunya, jikalau program-program itu benar dan baik serta memberikan manfaat bagi penduduk dan tanah air ini, mengapa tidak ?. Tentu sembari memperbaiki kekurangannya dan pembaharuan – disamping melaksanakan program-program mereka sendiri….

“Mari buang sikap mem-bangga-kan dan merasa besar, bahwa programnya dilanjutkan atau diterapkan – begitu juga ayo buang sikap gengsi dalam mengakui, bahwa sebenarnya program-program pihak lain cukup baik. Bukankah mengabdi adalah pada rakyat ?, tak perlu saling mengklaim keunggulan – yang terpenting bukan siapa yang meng-eksekusi sebuah kebijakan, tetapi nilai manfaat dari kebijakan tersebut buat rakyat negeri ini”.

  1. Berkawan

Sulit untuk mengatakan, bahwa kita bisa menyaksikan kawan sejati atau musuh sejati di kancah politik tanah air, “pagi saling melempar gelas”, saat sore bisa nongkrong bareng sambil bersama menyeruput kopi bercitra rasa satu visi-misi. Ambil satu contoh misalnya, sangat sukar sekali bagi masyarakat, melihat adanya anggota … pada setiap periode pemilihan yang berasal dari “bendera di luar bendera suporternya”….

Sudah  menjadi rahasia umum, susunan mayoritas anggota…hampir selalu dari “bendera supporter” ditambah beberapa kalangan “non bendera”. Harapan rakyat masa-masa kedepannya, apakah pemimpin di negeri ini, bersedia juga mampu memilih anggota … di luar dari “bendera supporternya” tetapi dari “bendera lawan”.

Terlepas memilih anggota … dari “bendera supporter” atau “bendera lawan”. Jika memiliki kualitas dan dirasa mampu, kenapa tidak ? Negeri ini bukan peng-kotak-kan atau pengelompokan, melainkan ruang bersama untuk bangunan yang bernama negara. Apalah arti “sebutir gula jika tak mampu menggenggam tangan sahabat”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here