Kita dibingungkan oleh duniawi. Dunia dengan penuh imajinasi namun harus disadari dengan adanya takdir ilahi. Terlebih sebagai perempuan harus benar-benar bisa memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kenapa perempuan? Karena perempuan sebagai makhluk yang memiliki banyak peraturan dalam dirinya. Banyak hal-hal yang tabu untuk dilakukannya, jika hidupnya di daerah yang adat istiadat atau budayanya masih kental tentang mitos-mitos.

Seperti yang dikatakan oleh banyak orang, jika hidup adalah pilihan. Namun, kembali lagi pada kodrat kita sebagai perempuan. Kita (perempuan) berhak memilih hidup kita mau dibawa kemana, mau dibuat seperti apa, dan bagaimana diri sendiri mampu membahagiakan diri ini serta mendapatkan hak-hak kita sebagai perempuan. Pada dasarnya kita juga berhak merasakan kebebasan untuk menikmati sesuatu yang kita pilih. Bebas dalam berbuat namun harus tetap sadar akan kodrat. Dan kesadaran tersebut berasal dari dalam sendiri, namun orang lain juga bisa menjadi salah satu faktor atas kesadaran seseorang. Lingkungan bahkan semesta juga mampu menyadarkan seseorang. Kita pun tidak pernah tahu, semesta bekerja seperti apa untuk menyadarkan diri kita.

Banyak perempuan-perempuan diluar sana yang memiliki circle atau lingkungan dalam pertemanannya. Orang lain memandang circle mereka ada yang positif ada pula yang negatif. Pandangan orang lain tersebut termasuk dalam sudut pandang untuk menilai orang lain. Dan orang lain pun memiliki persepsi sendiri dalam penilaian tentang perilaku seperti apa yang pantas bagi perempuan. Pasalnya, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mungkin hanya 45% kesamaan dalam persepsi mereka.

Kita hidup di zaman dimana hidup kita diatur oleh orang lain. Orang lain seenaknya sendiri menyuruh ini itu tanpa mempertimbangkan dalam berucap. Padahal hidup adalah sebuah pilihan. Memilih hidup yang harus bagaimana dan tentunya hidup yang terbaik untuk diri kita masing-masing. Namun pilihan tersebut harus di imbangi dengan pedoman hidup ialah Al-Qur’an dan hadist. Kita tetap tidak bisa seenaknya sendiri juga dalam menentukan jalan hidup kita. Tetap berpegang teguh pada pedoman hidup. Itu tadi mengapa kita hidup memiliki pilhan namun harus tetap ingat pada kodratnya.

Seperti saat kondisi dimana kita jauh dengan keluarga, kita mencoba mencari suasana baru. Suasana tersebut bisa datang dari kehadiran teman baru, pengalaman baru, tempat baru maupun suasana diri sendiri. Kita mencoba keluar dari zona nyaman, menginginkan hidup mandiri namun tetap bersosialisasi dengan orang lain. Seiring bertambahnya usia, bertambahnya kawan pula yang dari latar belakang berbeda-beda, tentu pemikiran-pemikiran kita juga semakin bertambah. Terkadang tanpa sadar kita memiliki pemikiran kiri, pemikiran berdasarkan pendapat para ahli filsuf. Seorang ahli filsuf terkadang pemikirannya bertentangan dengan kodrat, jika kita tidak mampu menguasai diri kita sendiri.

Ada seorang perempuan yang pemikirannya sudah terjun ke pemikiran kiri, seperti sudah berpatokan dengan pemikiran tersebut hingga ia melalaikan kewajiban sebagai seorang muslimah. Itu karena mereka belum mampu menguasai dirinya sendiri. Namun, ada juga seorang perempuan yang pemikirannya sama dengan pendapat ahli namun ia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Yang namanya pemikiran, tentu mengandalkan pikiran atau logika. Semua dikerjakan berdasarkan logika, berdasarkan analisa dan bukti, terlihat nyata dan manusia akan lebih percaya itu. Dan dari hal itu beberapa orang akan memiliki kebebasan dalam membawa hidupnya kemana. Namun kembali lagi pada pedoman hidup kita, tentang takdir, kodrat kita sebagai perempuan. Dimana harus melindungi dirinya dari pandangan lawan jenis khusunya, harus sadar akan kodratnya sebagai perempuan harus bagaimana. Namun tetap harus memiliki pilihan hidup yang tidak menyimpang dengan kodrat. Harus seimbang antara pilihan dengan kodrat. Kebebasan dalam memilih hidup tentu hak setiap orang namun disertai landasan dan tetap berdasarkan pedoman hidup.

Sebagai perempuan yang banyak aturan dalam memilih hidup harus memiliki pendirian dan pondasi hidup untuk lebih baik. Harus mampu menerima keadaan budaya yang ada di daerah masing-masing. Dimana kebanyakan daerah yang masih ada istilah Budaya Patriaki. Nah, sebagai perempuan milenial harus mampu mempengaruhi masyarakat tentang perempuan yang tidak harus di rumah saja yang tugasnya hanya mengurusi rumah saja. Namun, jika memiliki penghasilan sendiri, itu akan ikut meringankan beban keluarga. Harus membuktikan jika sebagai perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin. Sama-sama berjuang untuk menghidupi keluarga maupun diri sendiri. Tapi kembali lagi jika kodrat perempuan yang harus mematuhi suami (jika sudah berumah tangga).

Pada intinya pilihan hidup seorang tersebut harus memiliki pemikiran yang menggunakan akal, namun hati seorang perempuan juga tetap berfungsi. Karena itu sudah kodrat perempuan, jadilah perempuan yang hebat, kuat dan mampu menjaga dirinya sendiri. Antara pilihan sendiri dengan kodrat Tuhan harus seimbang tanpa adanya pertentangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here