Orasi Kebudayaan; Pancasila sebagai Laku Mewujudkan Persaudaraan Abadi

0
152

Tak ada kunang di kota Malang
Kucingpun senang dikasi makan
Tak ada benci yang tak terbilang
Tuan dan Nona salinglah memaafkan

Pak RT datang membawa kopi
Kopinya sedap panenan petani
Cinta kita tiada lah bertepi
Siapa yang sendiri mari kita temani

Bidadari jelita ngopi di pos ronda
Ternyata itu hanya fiktif belaka
Garuda pancasila selalu di dada
Mari semua teriak Merdeka!!

Assalamualaikum. W. W. Selamat malam. Salam literasi. Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo budaya. Salam kebajikan. Rahayu-rahayu-rahayu.

Bapak dan ibu yang saya hormati, rekan muda yang saya banggakan, dan adik-adik yang saya cintai. Izinkan saya sedikit berbagi cerita di bawah terangnya purnama di bulan Juni. Bulan yang menganugerakan kegembiraan atas karunia luar biasa bernama Pancasila.

1 Juni lalu kita merayakan hari lahir Pancasila, pedoman hidup bangsa dan negara. 5 sila telah mengalir ke sekujur tubuh kita. Lalu, kita senantiasa mengamalkannya dengan suka cita.

Pancasila bukanlah mantra yang hanya dihapal. Pancasila ialah laku-laku keseharian yang saling memanusiakan, yang saling melestarikan alam, dan saling mencintai satu sama lain. Sebagaimana pada perjumpaan kita malam hari ini, pada malam sastra purnama edisi Pancasila, 3 Juni 2023.

Ikhtiar kita malam ini merupakan upaya membangun persaudaraan abadi di tengah pandemi kedengkian, iri hati, kebencian, dan intoleransi. Kita butuh vaksin yang mengebalkan tubuh kita dari virus yang tak manusiawi. Vaksin itu adalah vaksin kesenian dan kebudayaan yang berangkat dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Tentu, kita sangat rindu suasana seperti ini. Inisiatif yang datang tiba-tiba. Kerja-kerja yang dilakukan secara sukarela. Dengan misi luhur agar kita semua senantiasa hidup damai dalam perbedaan.

Beberapa hal yang ingin saya sampaikan malam hari ini di tengah kegembiraan purnama bulan Juni. Akan tetapi, saudara semua perlu mencatat, bahwa ocehan saya bukan sebuah tausyiah, khotbah, atau wejangan yang harus dituruti. Saya hanya berbagi cerita, selebihnya semoga bisa menjadi mewangi.

Pancasila adalah pedoman utama kita dalam berbangsa guna mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ingat, keadilan sosial, bukan keadilan personal atau keadilan satu KK saja.

Guna berkontribusi dalam merayakan Pancasila, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan; 1) Merawat kesenian dan kebudayaan Indonesia, seperti akan kita rayakan malam ini, 2) Melatih membaca atau membudayaka membaca; buku, koran, majalah, atau produk digital yang menyerupai, 3) Bergotong-royong dalam setiap pekerjaan, dan 4) Senantiasa berbuat baik kepada semua makhluk.

Malang memiliki aset kebudayaan yang luar biasa, dari; pendidikannya, tariannya, kerajinan tangannya, topengnya, dan musiknya. Semuanya perlu dipelajari dan dilestarikan. Agar tidak punah.

Kedua, membaca. Membaca ini merupakan keterampilan mendasar mewujudkan masyarakat berbudaya. Jika masyarakatnya rajin membaca, maka masyarakat tidak gampang ketipu, kagetan dengan berita yang ada, dan tidak mudah saling membenci. Banyak orang gampang terprovokasi, termakan hoaks, dan dilanda krisis identitas karena kurangnya membaca. Buku bacaan perlu di perbanyak di langgar-langgar, di masjid, di gereja, di vihara, di balai desa, di terminal, di stasiun, di taman, dan setiap ruang perjumpaan. Buku-buku jangan hanya bertengger di perpustakaan kota, mari bersama mendekatkan buku dengan diri kita atau masyarakat kita. Dalam hal ini, sangat perlu peran serta pemerintah desa/ daerah.

Ketiga, mari bersama mebudayakan kerja sama, apalagi sekarang zamannya kolaborasi, karena pekerjaan yang kita lakukan bersama akan lebih ringan. Terakhir, berbuat baik kepada semua; tidak hanya sesama manusia, tapi juga kepada lingkungan kita; pepohonan, hewan, tanah, air, atau udara – dengan kebaikan itulah kita akan hidup bahagia.

Hadirin yang riang gembira di bawah rembulan dan bintang gemintang. 6 Juni 1901 Sukarno dilahirkan dan 21 Juni 1970 Sukarno meninggalkan kita semua. Ia adalah salah satu bapak pendiri bangsa ini. Kita juga bisa belajar darinya tentang keberanian, semangat juang, kecakapan literasi, dan solidaritas.

Indonesia kaya akan guru bangsa. Marilah kita kembali mengenal, mengenang, dan mempelajari sejarah kiprahnya dalam membangun Indonesia. Indonesia punya Sukarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Pramoedya, Kartini, Dewi Sartika, Roehana Kudus, Rasuna Said, HOS Tjokroaminoto, Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari, Gus Dur, dan masih banyak lagi. Jika nama-nama mereka saja kita tidak kenal, bagaimana kita bisa mengenal bangsa ini dengan baik.

Masih di bawah bulan purnama
Masih lah kita bersama.

Oh purnama.

Sukarno berteriak merdeka
Di bumi bhineka tunggal ika
Jika ada salah kata
Mohon maaf sebesar-besarnya

Kepada masyarakat Tembalangan, saya ucapkan banyak terima kasih.

Salam Literasi.
Malang, 3 Juni 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here