Meresapi sebagai Makhluk yang Berketuhanan dalam Buku Hijrah Jangan Jauh- Jauh Nanti Nyasar!

0
584

 

Identitas Buku

Judul Buku: Hijrah jangan Jauh-Jauh Nanti Nyasar!
Penulis: Kalis Mardiasih
Tahun Terbit: 2019
Penerbit: Buku Mojok
Jumlah Halaman: xiii + 210 halaman
Dimensi: 13 x 19 cm
ISBN: 978-623-7284-14-7

Setelah menamatkan buku Kalis Mardiasih ini rasanya agak tersentak. Saya mulaiĀ  menyadari banyak hal, yang selama ini saya pikirkan padahal tidak penting-penting amat. Seperti ikut-ikutan membatin orang-orang yang tidak pernah melakukan ibadah wajib, kok bisa to wes sepuh tapi ga pernah salat bahkan puasa, apa tenang hidupnya?

Nabi pernah memberikan tiga wasiat dalam habluminallah (hubungan secara vertikal manusia dengan Allah) dan habluminannas (hubungan secara horizontal manusia dengan manusia) yaitu perintah bertakwa kepada Allah dimanapun kita berada, tidak menunda melakukan amal sholeh, dan memiliki akhlak mulia. Wasiat pertama, yaitu bertakwa kepada Allah memiliki nilai keyakinan batin yang dalam dan menjadi privasi setiap orang. Mengapa begitu? Sebab orang memiliki jalan masing-masing untuk ibadah kepada Tuhannya. Seperti yang ditulis di buku ini,

Penulis mengisahkan seorang temannya Marlina yang menjadi TKW di Malaysia yang mungkin sudah tak ingat salat, ia berjuang untuk menghidupi keluarganya di kampung, pengasilan dari TKW tersebut ia belikan tanah yang kini ludes untuk Ibunya berjudi. Sosok Marlina begitu berbakti kepada Ibunya tanpa pamrih, meskipun Ibunya tidak baik. Lantas bagaimana bisa di jaman sekarang orang-orang sudah memetakan surga hanya diperuntukkan untuk orang yang saleh salehah versi mereka?

Di samping itu, penulis juga mengisahkan tentang Pak Wanto, Nurul, dan Pesta Tahun Baru. Pesta Tahun Baru yang dikampanyekan haram oleh sekelompok orang yang mengaku saleh, seolah-olah mereka tutup mata pada wong cilik pengais rejeki pada event tahunan yang besar seperti Pak Wanto yang berjualan trompet untuk membahagiakan anaknya Nurul. Di mana rasa kemanusiaan orang-orang yang mengaku saleh itu? Halal-haram demi Surga-Nya, tapi tutup mata pada makhluk-Nya.

Banyak pengalaman pribadi penulis yang dipaparkanĀ  mulai dari ujaran kebencian yang terjadi di media sosial yang mengatasnamakan agama bahkan di ajang khutbah ibadah jumat. Munculnya para ulama yang tak kompeten hingga teriakan takbir untuk merundung orang lain. Juga menyikapi perbedaan dengan mengkafirkan dan berita hoax untuk menakut-nakuti manusia.

Bagi saya, buku yang memiliki lima bab ini (islam dan kebaikan anak-anak; islam dan kemanusiaan; islam dan akal sehat; islam dan contoh baik; islam dan modernitas), mampu mengingatkan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang senantiasa mencari ridhlo-Nya dengan ber-habluminallah dan ber-habluminannas. Kita tidak memiliki hak untuk memeta-metakan surga apalagi sampai mengkafirkan orang lain. Kita juga tidak perlu anti dengan adanya perbedaan, meyakini bahwa perbedaan adalah anugerah dari Allah SWT. Jangan sampai untuk mencari ridhlo-Nya kita membenci atau bahkan menyakiti manusia lain karena berbeda dengan kita. Maka dari itu, jika memutuskan untuk hijrah (dari keburukan menuju kebaikan) maka jangan jauh-jauh (sampai membenci orang lain apalagi menyakiti) nanti nyasar!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here