para lelaki
silih berganti
pergi dan pergi mendaki
julang kekuasaan begitu tinggi
silau dan pukau setiap hati
menatap puncak tak tepermanai
siasat dirancang
korban bila perlu diumpan
tubuh diserang, jiwa dilayang
kisah berpilin harus dirawikan
“betisku, betisku, betisku …” pekik tertahan
Ken Dedes di pusaran rendah pandang lelaki
“sampai di situ kalian mendaki kekuasaan?!”
senyap gemetaran, syahwat lingga menjadi
“kepalaku lebih berarti, bukankah aku biksuni?”
gendang telinga para lelaki tersumbat sesat
“kenapa baru sampai betisku, kalian berhenti?”
hasrat demi hasrat gelimpang di jalan laknat
Ken Kedes menatap kitab
tapi kilau keris menikam adab
darah mengalir membentuk sungai
sejarah yang melanggengkan bantai